Perkembangan penyakit dalam dunia kedokteran khususnya pada organ kepala yang kompleks
menuntut perkembangan fasilitas pencitraan dalam bidang kedokteran atau yang dikenal dengan
pencitraan diagnostik medik. Salah satu fasiltas pencitraan diagostik medik yang mampu mendiagnosa tumor kepala adalah Magnetic Resonance Imaging (MRI). Magnetic
Resonance Imaging (MRI) adalah teknik tomografi baru yang pertama kali digunakan oleh Raymond Damadian untuk diagnosis medis yang prinsip kerjanya menggunakan
perilaku atom hidrogen yang banyak mendominasi tubuh manusia dalam memetakan organ yang di
diagnosa. 1 Dalam perkembangannya MRI dibagi menjadi beberapa jenis tergantung dengan kekuatan medan magnetnya dan ini akan berpengaruh terhadap proses pencitraan yang akan didapat. MRI jenis permanent magnet termasuk magnet dengan kekuatan rendah (Low Magnet) dan pencitraan yang dapat dilakukannya sangat terbatas.
Sedangkan MRI jenis Superkonduktor ( Super Magnet ) mampu membuat pencitraan yang lebih kompleks.
Untuk jenis ini kekuatan medan magnetnya berkisar antara 0,3 – 1,5 Tesla. Bentuk peralatan MRI dewasa ini dioptimasi untuk pencitraan diagnosa (diagnostic imaging) sedangkan aslinya dahulu bermula dari sistem Nuclear Magnetic Resonance spektroskopi yang banyak
digunakan dalam penentuan struktur kimiawi organik . Namun dewasa ini beberapa peralatan MRI modern selain untuk tugas pencitraan mampu pula untuk melaksanakan
spektroskopi pada posisi jaringan yang diinginkan. MRI dengan kekuatan 1,5 Tesla sangat diperlukan
dalam melakukan pemeriksaan Spektroskopi. MRI Spektroskopi ini mulai dikembangkan pada
tahun 1995 oleh United States Food dan Drug Administration (FDA). Metode ini termasuk
metode non invasive dalam memberikan informasi kelainan metabolisme pada kepala. Secara prinsip
fisika, MRI Spektroskopi sama dengan MRI yaitu adanya pengumpulan sinyal, hanya berbeda dalam
hal proses data, penampilan dan interpretasi gambar. Sebagai ganti pencitraannya adalah adanya
suatu grafik dengan amplitudo puncak dibandingkan dengan frekuensi masing-masing yang diperoleh.
Dalam kasus tumor kepala, MRI Spektroskopi sangat penting dilakukan karena biasanya dokter
membutuhkan informasi mengenai indikator prognosis dengan mengetahui progresif tumor kepala
dan evaluasi pada tumor kepala seperti yang dilakukan oleh Lande et al.
Penelitian seperti ini belum pernah dikerjakan di Indonesia. Dengan demikian dalam karya ini kami akan melakukan studi kontras tumor kepala dengan Spektroskopi MRI
yang mencakup 34 pasien di RS Husada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosa tumor kepala secara lebih mudah dan sistimatis.
Social Plugin