Mengingat kembali Teknik Pemeriksaan Radiologi Usus Besar / Colon In Loop

Pada pembahasan lampau sudah pernah disinggung materi Colon In loop, salah satu pemeriksaan usus besar menggunakan media kontras, yang mana pemeriksaan sejenis ini merupakn pemeriksaan yang rutin dilakukan oleh radiografermaksud rutin disini adalah pemeriksaan colon in loop sering dijumpai dilapangan, pada pemeriksaan ini radiografer harus memperhatikan mulai dari persiapan pasien sampai tahap pemeriksaan, dalam tahap awal radiografer seharusnya didampingi seorang ahli radiology yakni radiologyst, tahap awal foto polos wajib dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu, jangan jangan foto polos dinilai malah terjadi perforasi, yang merupakan salah satu kontra indikasi dilakukannya pemeriksaan colon in loop, dalam tahap ini peran radiografer sangat dibutuhkan komunikasi yang baik dengan radilog, dan pasien maupun dengan dokter pengirim. sehingga jika terjadi penundaan / penolakan pemeriksaan terjadi komunikasi yang satu arah dan sepaham.
Untuk itu mari kita re fresh kembali ingatan kita tentang teori pemeriksaan radiologi Colon In Loop
Teknik Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
1. Pengertian  Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Teknik pemeriksaan radiologi colon in loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar dengan menggunakan media kontras secara retrograde / lewat jalan bawah (anus)

2. Tujuan Pemeriksaan Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Tujuan pemeriksaan colon in loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon.

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
a.      Indikasi  Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
  • Kolitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya kolitis ulseratif dan kolitis crohn.
  • Carsinoma atau keganasan
  • Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
  • Megakolon adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada segmen colon distal.Tidak adanya peristaltik menyebabkan feses sulit melewati segmena gangglionik, sehingga memungkinkan penderita untuk buang air besar tiga minggu sekali.
  • Obstruksi atau illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
  • Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
  • Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
  • Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus yang lain.
  • Atresia ani adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
b.     Kontra Indikasi
 -Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan tinggi.
- Obstruksi akut atau penyumbatan.
-Diare berat.

4. Persiapan Pasien Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in loop adalah untuk membersihkan kolon dari feses, karena bayangan dari feses dapat mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect.
Prinsip dasar pemeriksaan colon in loop memerlukan beberapa persiapan pasien, yaitu : 
  • Mengubah pola makanan pasien / Diet makan
  • Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk menghindari terjadinya bongkahan - bongkahan tinja yang keras.
  • Minum air putih sebanyak-banyaknya
  • Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek 
  • Pemberian obat urus urus
  • Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja.
5. Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
   Persiapan alat pada pemeriksaan colon in loop, meliputi :
  • Pesawat x – ray siap pakai
  • Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
  • Marker 
  • Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
  • Vaselin dan jelly
  • Sarung tangan 
  • Penjepit atau klem 
  • Kain kassa 
  • Bengkok
  • Apron 
  • Plester
  • Tempat mengaduk media kontras / gelas ukur yang 1000 cc
Persiapan bahan 
  • Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya kolon, kurang lebih 600 – 800 ml, colon set barium enema
  • Air hangat untuk membuat larutan barium
  • Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus. 
6. Teknik Pemasukan Media Kontras Pemeriksaan Radiologi Colon In Loop
1. Metode kontras tunggal
Barium sulfat dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Pengisian diikuti dengan fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi antero posterior. 
2. Metode kontras ganda 
a. Pemasukan media kontras (baso4) dengan metode satu tingkat.
Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.
b. Pemasukan media kontras (baso4)dengan metode dua tingkat.
1. Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen kolon, sampai mencapai pertengahan kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.
2. Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon.
3. Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali. 
4. Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan komplikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.

7. Tahap pengambilan gambar pemeriksaan radiologi colon in loop
Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang sempurna.
Proyeksi Radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop
1. Buat Proyeksi Antero Posterior (AP).
Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.
Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiacadengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon sigmoid. 
2. Buat Proyeksi AP Aksial sumber (Ballinger, 1999).
Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset dengan menentukan batas atas pada puncak illium dan batas bawah symphisis pubis.
Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar membentuk sudut 30° - 40° kranial. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan sedikit mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero posterior, tampak juga kolon transversum.
3. Buat Proyeksi LPO (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi.
Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4. Buat Proyeksi RPO sumber buku (Ballinger, 1999).
Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35° - 45°terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiacadengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
kriteria radiograf pemeriksaan radiologi colon in loop menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan kolon asenden.
5.Buat Proyeksi Postero Anterior sumber buku (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat di garis tengah meja pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus xypoideus dan batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat termasuk fleksura dan rektum.
6. Proyeksi Postero Anterior Aksial (Balinger, 1999).
Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus disamping tubuh dan kaki lurus kebawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah grid, pertengahan kaset pada puncak illium. Eksposi pada saat ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiacadengan arah sinar menyudut 30° - 40° kaudal.
kriteria : tampak rektosigmoid ditengah film, daerah rektosigmoid terlihat lebih sedikit mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi PA, terlihat kolon transversum dan kedua fleksura.
7. Buat  Proyeksi RAO
Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚- 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiaka dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon asenden. 
8. buat Proyeksi LAO 
Posisi Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35˚ - 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas. 
kriteria pemeriksaan radiologi colon in loop: menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon desenden tampak. 
9. Buat Proyeksi Lateral (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
kriteria pemeriksaan radiologi colon in loop: daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada pertengahan radiograf.
10. Buat Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)
Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke kiri dengan bagian abdomen belakang menempel dan sejajar dengan kaset. MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid. Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua crista illiaka dengan arah sinar horisontal dan tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas. 
kriteria radigraf menunjukkan bagian atas sisi lateral dari kolon asenden naik dan bagian tengah dari kolon desenden saat terisi udara.
11. Buat Proyeksi Axial Metode Chassard Lapine
Posisi pasien duduk dengan punggung pada sisi meja, sehingga MCP tubuh sedekat mungkin pada garis tengah meja pemeriksaan. Pertengahan panggul berada tepat pada pertengahan film, dan pasien membungkuk. Kedua tangan berpegangan pada pergelangan kaki untuk fiksasi. Sinar diarahkan tegak lurus melewati daerah lombo sakral setinggi trochanter mayor. 
Kriteria radiograf menunjukkan gabungan rektosigmoid dan sigmoid pada proyeksi axial dan tampak rektum.
Sebelum selesai pemeriksaan petugas tidak ada salahnya mengevaluasi ada tidaknya Komplikasi pemeriksaan radiologi colon in loop yang telah berlangsung:
Komplikasi pemeriksaan radiologi colon in loopyang mungkin terjadi adalah :
1. Perforasi 
Perforasi terjadi karena pengisian larutan kontras dengan tekanan yang tinggi secara mendadak, juga dapat terjadi akibat pengembangan yang berlebihan.
2. Refleks Vogal
Refleks Vogal terjadi karena pengembangan yang berlebihan, yang ditandai dengan pusing, keringat dingin, pucat, pandangan gelap, dan bradikardi. Pemberian sulfas atropin dan oksigen dapat mengatasi keadaan tersebut.

Stelah baca baca diatas ternyata materi ini sangat penting untuk diingat kembali, karena setiap radiolog bisa saja mempunyai teknik yang berbeda, yang jelas sebagai radiografer mengerjakan prosedure pemeriksaan radiologi colon in loop sesuai panduan.
semoga bermanfaat.

Post a Comment

0 Comments