Latar Belakang
Dengan majunya ilmu pengetahuan tentang radio pharmaceutical maka terbukalah jalan untuk mengadakan pemeriksaan penyakit paru dengan mempergunakan Radio Isotop yang disebut scanning paru. Scanning paru adalah suatu teknik pemeriksaan diagnostik pada kedokteran nuklir untuk mengetahui adanya emboli pada paru paru atau lapisan darah. Scanning paru biasa diminta oleh dokter sebelum pembedahan pada daerah paru untuk membandingkan aliran darah dan udara pada kedua paru.
Sebelum dilakuakan scaning paru,lebih baik pasien konsultasi dahulu dengan dokter apabila sedang hamil dan menyusui atau 4 hari sebelumnya sudah dilakuakn pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x dan bahan kontras barium atau menggunakan obat seperti Pepto-Bismol yang mengandung bismuth karena Barium dan Bismut dapat menggannggu hasil tes.
Knipping. Dkk pada tahun 1957 adalah orang pertama yang menggunakan gas radioaktif untuk keperluan diagnostik penyakit paru. Mereka menggunakan gas Xenon 133 untuk menegakkan diagnosa karsinoma bronkus. Prosedur disebut Radiosenon Thoracography. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui adanya perbedaan ventilasi sebagai akibat penyempitan saluran nafas. Dengan majunya ilmu kedokteran nuklir, teknik Radio Xenon Thoracography turut berkembang, pada tahun 1962 Ball dkk tidak menggunakan Xenon 133 dalam bentuk gas lagi tetapi mereka menggunakan dalam bentuk larutan aquadest yang dapat disuntikkan intravena.
Materi makrokoloid dengan diameter 20-30 mikron bila disuntikkan intravena akan menjadi penghalang kapiler di paru. Makrokoloid dapat diberi tanda Tc-99m menjadi radiofarmaka untuk membuat scanning perfusi paru. Pada aliran darah yang terganggu misalkan pada emboli paru atau pembuluh darah tertutup pada atelektasis dan pneumonia atau pada emfisema, radiofarmaka akan gagal tersebar merata di seluruh paru dan menimbulkan daerah cold.
0 Comments