Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemeriksaan radiologi ct scan thyroid

DENGAN MENGGUNAKAN
MULTI SLICE CT GE LIGHT SPEED 16
A. TINJAUAN ANATOMI
Leher terdiri atas berbagai struktur anatomi yang terletak pada area yang relatif kecil. Medical imejing modern saat ini memiliki kemampuan untuk membedakan struktur-struktur yang terdapat pada leher.
Adapun struktur –struktur yang ada pada leher adalah sebagai berikut :
Organ
Pharynx
Larynx
Oesofagus dan trachea
Kelenjar ludah dan kelenjar thyroid
Kelenjar lymphe
Muscles
Otot – otot facial expression
Otot – otot mastikasi
Otot –otot di dalam segitiga anterior
Otot – otot di dalam segitiga posterior
Struktur pembuluh darah
Arteri carotis
Arteri vertebralis

Vena jugularis
Carotid sheath
PHARYNX
Pharynk adalah tabung muscular yang bertindak sebagai pintu masuk bagi sistem respiratory maupun sistem digestivus. Pharynk dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : nasopharynx, oropharynx dan laryngopharynx. Nasopharynx terletak di belakang hidung, oropharynx terletak di belakang mulut, dan laryngopharinx memanjang dari oropharynx sampai oesofagus.
LARYNX
Larynx merupakanm jalan dimulainya lower respiratory sebagai penghubung masuknya udara ke dalam trachea. Larynx terdiri dari 9 cartilago yang memanjang dari C3 sampai C6. Masing-masing cartilago dihubungka satu sama lain oleh musculus dan ligament. 6 cartilago tersebut berpasangan dan 3 tidak berpasangan. Yang dapat diidentifikasi dengan mudah pada potongan axial adalah Cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea dan cartilago arytenoid.
OESOFAGUS DAN TRACHEA
Pada level cartilago cricoidea laryngopharinx terbagi menjadi oesofagus dan trachea. Oesofagus adalah tabung muscular yang memanjang ke bawah sampai ke orifisium cardiac pada lambung. Oesofagus terletak di antara trachea dan ligament longitudinal anterior dari vertebrae.
Trachea merupakan jalan udara dan terletak di sebelah anterior oesofagus. Tabung muscular ini diperkuat oleh cartilago berbentuk C-shaped untuk mempertahankan terbukanya jalan udara. Pada level T5 trachea bercabang ke kiri dan kanan mainstem bronchus, lokasi ini disebut carina.
KELENJAR LUDAH
Ada tiga buah kelenjar ludah yang besar dan saling berpasangan yaitu kelenjar parotid, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Yang terbesar adalah kelenjar parotid yang terletak diantara ramus mandibula dan musculus sternocleidomastoid. Kelenjar submandibular berbatasan dengan bagian posterior mandibula, memanjang dari angulus mandibula sampai setinggi hyoid bone. Kelenjar sublingual adalah kelenjar ludah terkecil dan terletak di bawah lidah pada dasar mulut.
KELENJAR THYROID
Kelenjar thyroid adalah kelenjar endocrine yang berbentuk bilobus yang terletak pada level cartilago cricoidea pada daerah leher. Pada potongan axial CT scan kelenjar thyroid terlihat seperti struktur yang tampak berbatas tegas, terletak pada kedua sisi trachea. Kelenjar thyroid akan sangat enhance pada pemberian contras media Iodine pada pemeriksaan CT Scan. Kelenjar thyroid memproduksi hormon yang berhubungan dengan pengaturan tingkat metabolisme.
Di bagian posterior lobus thyroid terdapat kelenjar parathyroid yang kecil – kecil dan biasanya berjumlah 4 buah. Kelenjar parathyroid terlibat dalam metabolisme calcium dan phosphor di dalam tubuh manusia.
clip_image002


Gambar 1. Pandangan anterior kelenjar thyroid
:
clip_image004


Gambar 2. Anatomi normal kelenjar thyroid pada potongan axial CT Scan
B. TINJAUAN PATOLOGI STRUMA NODUSA
Bila pada pemeriksaan kelenjar thyroid teraba nodul, satu atau lebih maka pembesaran ini disebut Struma Nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hyperthyroidisme disebut struma nodusa non toksik. Kelainan ini sangat sering dijumpai. Sebagai gambaran di Boston, 8 % dari 2585 biopsi rutin ditemukan nodul thyroid. Setiawan di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung menemukan dari 696 penderita struma, sebanyak 415 ( 60 % ) adalah struma nodusa, 31 penderita diantaranya bersifat toksik. Penyebab kelainan ini bermacam-macam. Pada struma kongenital terjadi hambatan biosintesis hormon thyroid, sehingga menyebabkan peninggian kadar Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Selanjutnya hal ini menimbulkan hypertropi dan hyperplasia kelenjar thyroid. Umumnya struma nodusa pada orang dewasa meskipun tidak begitu jelas, tetapi diduga kuat bahwa tahap-tahap gangguan tersebut sebenarnya juga terjadi.
Sebab kelainan sintesis hormon thyroid dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu : defisiensi iodium, zat-zat gitrogenik, dan kelainan sistem enzimatik. Disamping itu, bersamaan dengan penyebab tersebut maka pada setiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi atau stress lain. Pada struma nodusa yang berlangsung lama maka dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis, nekrosis, kalsifikasi, pembentukan kista, dan perdarahan ke dalam kista tersebut. Yang dapat memberikan gambaran sebagai struma nodusa non toksik ialah struma endemic atau sporadic, kista thyroid, thyroiditis, tumor thyroid ( adenoma dan carcinoma thyroid )
  1. Thyroiditis
Thyroiditis pada umumnya ditandai oleh pembesaran, peradangan dan disfungsi kelenjar thyroid. Ada berbagai type thyroiditis dan telah dikenal berbagai klasifikasi. Yang paling sederhana diantara klasifikasi tersebut adalah pembagian thyroiditis menjadi :
    1. Thyroiditis Subacut
Nama yang umum dipakai untuk thyroiditis sub akut adalah thyroiditis De Quervain dengan banyak sinonim antara lain Non-infaectious thyroiditis, granulomatosus, giant cell thyroiditis dn lain-lain.
Kelainan ini terutama mengenai wanita, paling banyak pada umur antara 31-50 tahun. Inflamasi thyroid biasanya terjadi 2-4 minggu sesudah infeksi tractus respiratorius bagian atas.
Etiologi yang jelas sampai sekarang tidak diketahui, pada umumnya disangka karena virus. Pada beberapa kasus dijumpai antybody auto imun. Telah dibuktikan pada beberapa kasus adanya imunitas yang cell mediated terhadap antigen thyroid. Gejala berupa nyeri di leher bagian depan menjalar ke telinga, demam, malaise, disertai gejala hyperthyroidisme ringan atau sedang. Pada kurang lebih 25 % kasus tidak disertai nyeri. Pada pemeriksaan fisik ditemukan thyroid yang membesar, nyeri tekan, biasanya disertai tachycardi, berkeringat, demam, tremor, dan tanda-tanda lain hyperthyroidisme.
    1. Thyroiditis Acut Supuratif
Istilah lain untuk kelainan thyroiditis acut supuratif ialah Infective thyroiditis dan ini menunjukkan bentuk thyroiditis karena infeksi bukan oleh virus, tetapi oleh bakteri atau jamur. Infeksi ini dapat memberikan gambaran acut, sub acut, dan menahun. Tetapi bentuk yang khas infeksi ini ialah thyroiditis septik acut.
Kejadian thyroiditis ini sangat jarang. Dalam 18 tahun, seorang peneliti hanya menemukan 15 kasus. Kuman penyebab biasanya Staphylococcus Aureus, Streptocuccus hemolyticus dan pneumococcus. Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, ekstensi langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung dan ductus tiroglosus yang persisten. Kelainan yang terjadi dapat tanpa terbentuknya abses atau dengan terbentuknya abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan dapat pecah ke trache dan oesofagus.
Gejala klinis berupa nyeri leher mendadak, malaise, demam, menggigil dan tachycardi. Nyeri bertambah pada pergerakan leher dan gerakan menelan. Daerah thyroid membengkak dengan tanda-tanda peradangan lain dan sangat nyeri tekan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, LED meninggi, sidikan thyroid menunjukkan daerah cold nodul.
    1. Thyroiditis Hashimoto
Thyroiditis Hashimoto merupakan suatu thyroiditis auto imun. Nama lainnya ialah struma limfomatosa. Yang terserang terutama wanita berumur antara 30-50 tahun.
Pada keadaan ini kelenjar thyroid membesar secara lambat, tidak terlalu besar, simetris, regular dan padat. Kadang –kadang ada nyeri spontan dan nyeri tekan. Penderita biasanya euthyroidisme atau hypothyroidisme dan jarang hyperthyroidisme. Titer antibody biasanya tinggi dan ada ada imunitas yang cell mediated terhadap antigen thyroid.
Kelainan histopatologinya dapat bermacam-macam yaitu antara lain infiltrasi limfosit yang difus, obliterasi folikel thyroid dan fibrosis. Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan pasti secara histologis melalui biopsi. Diagnosis presumptive dapat dibuat atas dasar gambaran klinis dan tingginya titer antibody yaitu lebih dari 1/32 untuk antibody mikrosomal atau 1/100 untuk anti tiroglobulin.
  1. Carcinoma Thyroid
Berbagi jenis carcinoma dapat terjadi pada thyroid , dengan tingkat keganasan yang berbeda yaitu berkisar antara yang cukup jinak seperti carcinoma papiler ( papillary carcinoma ) dan yang sangat agresif dan maligna yaitu carcinoma anaplastik. Bentuk lain ialah carcinoma folikuler dan carcinoma meduler.
Carcinoma papiler merupakan bentuk yang paling umum. Terjadi terutama pada anak-anak dan usia setengah baya, dapat menyebar ke kelenjar getah bening regional, biasanya resectable dan prognosisnya baik.
Carcinoma folikuler merupakan bentuk kedua tersering setelah carcinoma papiler, biasanya mengenai orang yang lebih tua. Metastase biasanya melalui aliran darah, tetapi sesudah pembedahan dan supresi oleh T4, prognosisnya cukup baik.
Carcinoma anaplastik lebih jarang ditemukan pada orang tua, bersifat ganas, biasanya tidak mungkin dioperasi dan prognosisnya buruk.
Carcinoma meduler adalah bentuk paling jarang, biasanya pada dewasa muda. Tingginya calcitonin di dalam darah merupakan pertanda ( marker ) yang spesifik, tanpa perubahan kalsium plasma. Prognosisnya cukup baik. Hubungan antara struma nodusa dengan carcinoma masih diperdebatkan oleh para peneliti. Meskipun ada laporan yang mengatakan bahwa prevalensi carcinoma di daerah endemis strumacukup tinggi, tetapi banyak peneliti tidak berhasil menunjukkan adanya hubungan itu. Menurut Volpe, 1975, ada kemungkinan bahwa 10 % keganasan thyroid berasal dari metaplasia nodul yang benigna, tetapi 90 % memang sudah ganas sejak awalnya. Dari beberapa penelitian telah diketahui bahwa sebagian struma nodusa non toksik adalah ganas.Persentasenya berbeda-beda pada berbagai sentra, berkisar antara 2-16 %. Di Rumah Sakit Hasan sadikin Bandung pada tahun 1981, dilaporkan bahwa dari 53 struma nodusa non toksik 2,2 % adalah carcinoma. Hal ini yang diketahui lebih jelas hubungannya dengan carcinoma thyroid ialah iradiasi di daerah leher. Jangka waktu antara iradiasi sampai timbulnya carcinoma dapat sangat bervariasi yaitu sampai 40 tahun.
Pada umumnya kecurigaan ke arah carcinoma pada suatu nodul thyroid lebih tinggi bila dijumpai hal-hal sebagai berikut :
- Riwayat iradiasi di daerah kepala, leher atau dada pada masa anak-anak
- Penderita berumur kurang dari 40 tahun, baik pria maupun wanita
- Nodul soliter yang sangat cepat tumbuhnya.
- Adany suara parau, kelumpuhan pita suara atau limfadenopati.
- Tidak ada perubahan atau makin membesarnya nodul pada pemberian hormon thyroid sesudah 12 minggu.
Dalam menentukan pengobatan, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu ada tidaknya metastasis pada kelenjar getah bening yaitu berdasarkan klasifikasi TNM, umur penderita dan kemampuan tumor menangkap radioaktif iodium.
Dikenal tiga macam pengobatan yang tidak dapat berdiri sendiri atau lebih sering sebagai gabungan yaitu : operasi, radiasi ( I131, radiasi eksterna ), dan supresi tirotropin.
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Prosedur pemeriksaan CT Scan yang ingin penulis angkat sebagai laporan adalah CT Scan Thyroid dengan Struma nodusa. Ilustrasi kasusnya adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 20 Juli 2006
Nama Pasien : Ny. M
Umur : 33 th
Alamat : Jl. Lada Dalam RT / 06 No 154 A
Diagnosa : Struma Nodusa
Riwayat penyakit :
Pasien mulai merasa jantung sering berdebar dan tangan sering gemetar sejak ± 1 tahun yang lalu, tetapi tidak dihiraukan oleh pasien. ± 3 bulan yang lalu pasien merasa pada leher terdapat benjolan dan kadang nafas terasa agak sesak. Kemudian pasien berobat ke poli penyakit dalam RS Husada dan kemudian oleh dokter diberi pengantar untuk melakukan pemeriksaan CT Scan Thyroid.
1. Persiapan Ruangan dan Peralatan
Siapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan meliputi :
- Contrast media di masukkan ke dalam automatic injector sebanyak 90 ml Ultravist 300 mg I/ml
- Alat-alat untuk memasang infus : IV catheter no 18 atau 20, infus set, cairan infus NaCl 0,9 %, kapas alcohol, plester.
- Three way untuk sambungan antara infuse dengan automatic injector.
2. Persiapan pasien
Karena pemeriksaan ini menggunakan contras media iodine yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi pada pasien – pasien tertentu yang sensitif terhadap Iodine, maka sebelum pemeriksaan harus dilakukan screening terhadap pasien apakah mempunyai riwayat alergi, dan pasien harus mengisi informed concent. Pasien juga harus dilakukan pemeriksaan darah laboratorium yang meliputi Ureum dan creatinine.
Setelah semuanya siap pasien diminta berganti pakaian dengan pakaian untuk pemeriksaan. Lepaskan semua bahan yang dapat mengganggu pemeriksaan terutama barang-barang yang terbuat dari logam.
Jelaskan jalannya pemeriksaan pada pasien, dimana pasien harus diam selama pemeriksaan dan lamanya pemeriksaan.

3. Posisioning Pasien
Pasien diposisikan supine, kedua lengan di samping tubuh. Kepala pada head holder.
Pasang infus NaCl 0,9 % dengan jarum IV catheter no. 18 atau 20, disambung dengan three way dan automatic injector yang telah berisi contras sebanyak 90 ml.
Setelah infus terpasang pasien diposisikan dengan sentrasi infrared pada pertengahan cartilago cricoidea pada daerah leher. Atur posisi pasien sehingga sentrasi tepat pada mid axillary line maupun mid sagital line.
4. Parameter Dan Prosedur Yang digunakan
Pada pesawat MSCT GE Light Speed 16 parameter yang digunakan untuk pemeriksaan scan thyroid sama dengan yang digunakan pada pemeriksaan scanning Neck, centrasi pada pertengahan cartilago cricoidea.
- Masukkan data pasien
- Click program ‘Neck’
- Pilih ‘Scout’
Untuk Scout/ scanogram : dibuat dari posisi tube 00 dan 900 sehingga gambar yang dihasilkan AP dan Lateral, kV 120, mA 10.
kemudian click confirm
- Tekan ‘move to scan’ kemudian tekan tombol X- Ray
- Click ‘Exam Rx’ untuk menampilkan gambar scout dari posisi AP dan Lateral
- Setelah gambar scout tampil di layar, kemudian atur coverage area pemeriksaan, kemudian click ‘series 1’, atur jumlah slice dan parameter
Untuk series 1 digunakan helicall full 1 sec,
thickness 5,0 mm
interval 5, 0 mm
pitch 0,562 : 1
gantry tilting 00
kV 120, mA 300.
- Kemudian disetting untuk recont 2 :
thickness 1,25 mm
interval 1,25 mm.
Recont 2 dimaksudkan untuk membuat potongan axial yang tipis sehingga bagus untuk membuat rekonstruksi 3 dimensi.
- Setelah sesuai click ‘confirm’ kemudian move to scan, dan selanjutnya tekan tombol X-ray.
- Atur threeway untuk memasukkan contras media dengan Automatic Injector.
- Untuk scanning post contras, atur delay time 30 detik setelah contras masuk scanning dimulai dengan parameter sama seperti ‘series 1’
- Setelah seluruh scan selesai click ‘end exam’
- Setelah selesai scanning pasien dibuka infusnya dan diperbolehkan pulang setelah diobservasi ± 30 menit untuk melihat kemungkinan adanya reaksi dari contras media.
- Setelah pasien keluar dari ruang pemeriksaan dilakukan reconstruksi gambar dalam potongan axial, sagital dan coronal serta dengan MIP.
- Hasil gambaran diprint dengan menggunakan printer laser imager Kodak Dry View 8900 dengan film ukuran 35 x 43 cm dengan format 20 images pada satu lembar film.
Beberapa hasil gambaran CT Scan Thyroid sebelum pemberian contras media intra vena dalam potongan axial memperlihatkan pembesaran kelenjar thyroid kanan dan kiri :
clip_image006 clip_image008 clip_image010
clip_image012 clip_image014 clip_image016
clip_image018 clip_image020
Beberapa hasil gambaran CT Scan Thyroid dalam potongan axial setelah pemberian contras media Ultravist 300 mgI/ml sebanyak 90 ml, memperlihatkan pembesaran kelenjar thyroid kanan dan kiri :
clip_image022 clip_image024 clip_image026
clip_image028 clip_image030 clip_image032
clip_image034 clip_image036 clip_image038
D. ANALISA HASIL
Hasil expertise oleh radiologist :
Kelenjar thyroid kanan dan kiri difus membesar , membentuk massa yang hipervaskuler inhomogen dengan sedikit bercak kalsifikasi di kiri, suspect struma nodusa diffusa, kiri lebih besar dari kanan dan sampai masuk ke dalam ruang mediastinum-paratracheal kiri. Trachea terdesak ke kanan dan menyempit berat setinggi thoracic inlet. Batas tumor tegas, tidak tampak infiltrasi ke jaringan sekitar, tidak mencurigakan metastasis kelenjar getah bening cervical.
E. KESIMPULAN
Pemeriksaan CT Scan thyroid pada kasus struma nodusa di RS Husada dengan menggunakan MSCT 16 slice GE Light Speed dan penggunaan media kontras sangat baik untuk lebih memperlihatkan enhancement pada kelenjar thyroid tersebut sehingga dapat ditentukan dengan jelas batas-batas dari pembesaran kelenjar tersebut dan kemungkinan terjadinya infiltrasi terhadap jaringan sekitarnya.
Dengan penggunaan CT multislice pemeriksaan dapat berlangsung dengan cepat, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya blurring pada image yang dihasilkan akibat pasien movement.
Pada penggunaan MSCT dengan menggunakan scan type helicall full diikuti recont 2 yang tipis dengan thickness 1,25 mm, maka bisa didapatkan rekonstruksi 3 D yang halus dan bagus, sehingga dapat melihat pembesaran dari berbagai view maka dapat ditentukan suatu diagnosa dengan baik.