BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Salah satu organ yang terdapat di rongga abdomen adalah hati. Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati luar dilindungi oleh iga-iga. (Pearce, 1999)
Hati juga termasuk salah satu organ yang mudah terserang penyakit, yang salah satunya adalah hepatoma. Hepatoma adalah kanker hati primer yang paling sering ditemukan yang berasal dari sel-sel hati. Biasanya gejala awal hepatoma adalah nyeri perut, penurunan berat badan dan terdapatnya suatu masssa yang besar, yang dapat dirasakan atau diraba di perut kanan bagian atas (www.medicastore.com, 2004).
Untuk mendiagnosis hepatoma selain memerlukan anamesis dan pemeriksaan fisik juga beberapa pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan raaadiologi (roentgen), ultrasonography (USG), computed tomography scanning (CT Scan), peritneoskopi, dan test laboratorium (Yayasan Harapan Rumah Hati Kita, 2003).
Modalitas imejing computed tomography scan (CT Scan) merupakan salah satu sarana penunjang diagnostik yang menggunakan gabungan sinar-X dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar berupa variasi-variasi irisan dari tubuh manusia. Untuk mengetahui kelainan yang terdapat pada rongga abdomen maka dapat dilakukan deengan pemeriksaan CT-Scan Abdomen.
Pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus Hepatoma di Bagian Radiologi Swasta menggunakan scanogram abdomen dengan posisi antero-posterior dengan slice thikness 10 mm dan menggunakan media kontras sebanyak 80 mL dengan melalui vena cubiti kiri dan kanan.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai teknik pemeriksaan CT-Abdomen pada kasus hepatoma di Bagian Radiologi RS Rs.swasta dan mengangkatnya sebagai laporan kasus dengan judul “ TEKNIK PEMERIKSAAN CT–SCAN ABDOMEN PADA KASUS HEPATOMA DI SWASTA “
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan yang berkaitan dengan pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada Hepatoma sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus Hepatoma di Swasta
2. Bagaimana teknik dari pemasukkan media kontras pada pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus Hepatoma di rs Swasta
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus Hepatoma di Swasta.
2. Untuk mengetahui teknik dari pemasukkan media kontras pada pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus Hepatoma di rs Swasta.
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus hepatoma.
2. Bagi Akademik
Menambah kepustakaan bagi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.
3. Bagi Rumah Sakit
Memberi msukan pada radiografer dan pihak yang terkait dalam melakukan prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus hepatoma guna memberikan pelayanan radiologi yang bermutu dan profesional.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam mempelajari isi, maka laporan studi kasus ini disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Berisi tentang anatomi abdomen, patologi hepatoma, dan prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen.
BAB III ILUSTRASI KASUS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang ilustrasi kasus dan pembahasan.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Anatomi Abdomen (Pearce, 1999)
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan pelvis beserta daerah-daerah.
Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.
2.1.1. Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.
Fungsi lambung :
a. Tempat penyimpanan makanan sementara.
b. Mencampur makanan.
c. Melunakkan makanan.
d. Mendorong makanan ke distal.
e. Protein diubah menjadi pepton.
f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
g. Faktor antianemi dibentuk.
h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.
2.1.2. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar. Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.
b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.
c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.
Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi duodenum adalah alkali.
2.1.3. Usus Besar
Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter.
Fungsi usus besar adalah :
a. Absorpsi air, garam dan glukosa.
b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.
c. Penyiapan selulosa.
d. Defekasi (pembuangan air besar)
2.1.4. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar dilindungi oleh iga-iga.
Fungsi hati adalah :
a. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan darah.
b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar matabolisme.
c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.
g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.
h. Membersihkan bilirubin dari darah.
2.1.5. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher. Fungsi kangdung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat.
2.1.6. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Fungsi pankreas adalah :
a. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
b. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-kelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot.
2.1.7. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra. Fungsi ginjal adalah :
a. Mengatur keseimbangan air.
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.
2.1.8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli dan diafragma.
Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit.
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin dan zat besi bebas.
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior.
Rongga Abdomen Bagian Depan meliputi
Keterangan : a. Diafragma b. Esofagus c. Lambung d. Kaliks kiri e. Pankreas f. Kolon desenden g. Kolon transversum h. Usus halus i. Kolon sigmoid | j. Kandung kencing k. Apendiks l. Sekum m. Illium n. Kolon asenden o. Kandung empedu p. Liver q. Lobus kanan r. Lobus kiri |
2.2. Patologi Hepatoma
Hepatoma atau disebut juga karsinoma hepato seluler (KHS) adalah penyakit kanker hati primer yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan kanker hati primer lainnya. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Kanker yang berasal dari sel-sel hati ini secara makroskopis dibedakan atas 3 tipe, yaitu:
1. Masif
Umumnya terjadi di lobus kanan, berbatas tegas, dan dapat dikelilingi nodul – nodul kecil.
2. Nodular
Tampak berupa nodul – nodul dengan ukuran bervariasi dan terjadi di seluruh hati.
3. Difus
Pada tipe ini sukar ditentukan batas – batasnya.
Bagaimana sampai terjadinya penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya antara lain virus hepatitis B dan C, sirosis hati, aflatoksin, infeksi beberapa macam parasit, keturunan maupun ras.
Keluhan dan gejala yang timbul sangat bervariasi. Pada awalnya penyakit kadang tanpa disertai keluhan atau sedikit keluhan seperti perasaan lesu, dan berat badan menurun drastis. Penderita sering mengeluh rasa sakit atau nyeri tumpul (rasa nyeri seperti ditekan jari atau benda tumpul) yang terus menerus di perut kanan atas yang sering tidak hebat tetapi bertambah berat jika digerakkan. Pada pemeriksaan nisa didapat hati membesar dengan konsistensi keras dan sering berbenjol - benjol, terjadi pembesaran limpa, serta perut membuncit karena adanya asites. Kadang-kadang dapat timbul ikterus dengan kencing seperti air teh dan mata menguning. Keluhan yang disertai demam umumnya terjadi akibat nekrosis pada sentral tumor. Penderita bisa tiba-tiba merasa nyeri perut yang hebat, mual, muntah, dan tekanan darah menurun akibat pendarahan pada tumornya.
2.3. Teknik Pemeriksaan
2.3.1. Peralatan Computed Tomography
a. Meja Pemeriksaan dan Gantry
Meja pemeriksaan merupakan tempat mengatur posisi pasien pada saat pemeriksaan. Bentuk panjang, permukaannya berupa kurva dan terbuat dari carbon graphite fiber yang mempunyai nilai penyerap rendah terhadap berkas sinar. Pengaturan tinggi rendah, maju mundur, dari meja pemeriksaan melalui tombol digital yang ditempatkan pada sisi meja pemeriksaan maupun pada gantry. (Anonim, 1986)
Gantry adalah peralatan CT-Scan yang berbentuk kotak, di tengahnya terdapat terowongan untuk keluar masuknya meja pemeriksaan tegak lurus, namun demikian gantry dapat diposisikan menyudut ke posisi negatif maupun positif kurang lebih 200 terhadap meja pemeriksaan.
Di dalam kotak gantry berisi tabung sinar X, filter, kolimator, lampu indikator sebagai sentrasi, DAS (Data Acquisition System) dan detektor juga kipas sebagai pendingin. Pada gantry dilengkapi tombol digital untuk mengatur posisi gantry tersebut (Anonim, 1986).
b. DAS dan Detektor
Sinar X setelah menembus obyek diteruskan oleh detektor yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan data.
Secara garis besar detektor dan DAS berfungsi sebagai :
1) Menangkap sinar X yang telah menembus obyek.
2) Merubah sinar X dalam bentuk sinyal-sinyal elektronik.
3) Menguatkan sinyal-sinyal elektronik.
4) Merubah sinyal elektronik ke data-data digital
Macam-macam detektor :
1) Detektor scintilasi kristal dan tabung pengganda elektron.
2) Detektor isian gas.
c. Kolimator
Kolimator pada Computed Tomography terdiri dari dua buah, yaitu :
1) Kolimator pada tabung sinar X, berfungsi :
- Mengurangi dosis radiasi.
- Pembatas luas lapangan penyinaran.
- Memperkuat berkas sinar.
2) Kolimator pada detektor, berfungsi :
- Penyearah radiasi menuju ke detektor.
- Mengontrol radiasi hambur.
- Menentukan ketebalan pada slice thickness/vaxel.
Gambar 2.3 : Pesawat CT-Scan (Ballinger, 1995)
2.3.2. Prosedur Pemeriksaan
Lokasi untuk abdomen atas daerah yang diambil dari pemeriksaan CT-umum dimulai dengan slice pertama di process xiphoid diteruskan ke crista illiaca. Untuk pelvis daerah yang diambil pada slice pertama dimulai dengan crista illiaca dan diteruskan ke symphysis pubis. Untuk pemeriksaan abdomen rutin tebal slice umumnya 10 mm. (Bontrager, 2001).
Pada pemeriksaan abdomen rutin dengan serial scanning membutuhkan waktu ± 1 sekon untuk melihat gerakan peristaltik dan proses respirasi. (Bontrager 2001).
a. Media Kontras
Media kontras dilakukan melalui mulut dan rectum untuk pemeriksaan CT-Abdomen dan pelvis (media kontras rectal digunakan jika media kontras oral tidak dapat masuk ke rectum). Media kontras melalui oral untuk melihat atau membedakan organ pada tractus gastrointestinal.
Media kontras oral diberikan sebelum pemeriksaan. Ada 3 (tiga) tingkatan media kontral oral diberikan pada pasien :
1) Malam hari sebelum pemeriksaan.
2) Satu jam sebelum pemeriksaan.
3) Di tengah-tengah sebelum pemeriksaan.
Ada 2 (dua) tipe kontras untuk menunjukkan opasitas pada tractus gastromtestinal yaitu barium sulfat suspensions dan water soluble solution (diatrizoate meglumine atau diatrizoate sodium) (Bontrager, 2001).
b. Irisan Axial Pada Abdomen
Lima contoh CT irisan axial pada abdomen dengan 10 mm setiap slice. Pertama dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. Persiapan kontras oral dengan water-soluble solution.
- Irisan Axial 1
Irisan axial 1 untuk memperlihatkan bagian atas liver. Liver dibagi menjadi dua lobus, lobus kanan dan lobus kiri.
Gambar 2.4 : Irisan Axial 1 (Bontrager, 2001)
Keterangan :
A. Lobus kanan liver
B. Lobus kiri liver
C. Lambung
D. Lambung (fundus dan bagian atas daerah lambung)
E. Spleen
F. Vertebre Thoracal 10 dan Vertebre Thoracal 11
G. Aorta abdominal
H. Vena Cava Inferior
- Irisan Axial 3
Irisan axial 3 untuk melihat ekor pankreas. Ekor pankreas terletak di depan ginjal kiri.
Gambar 2.5 : Irisan Axial 3 (Bontrager, 2001)
Keterangan :
A. Lobus kanan liver dari posterior
B. Kantong empedu
C. Lobus kiri liver
D. Lambung
E. Kolon desenden
F. Ekor pankreas
G. Spleen
H. Bagian atas lobus kiri ginjal
I. Kelenjar adrenal sebelah kiri
J. Vetebra Thoracal 11 – Thoracal 12
K. Vena Cava Inferior
L. Bagian atas lobus kanan ginjal
- Irisan Axial 5
Irisan axial 5 melihat bagian ke dua duodenum. Kepala pankreas terletak di luar dari duodenum. Jika bagian ke dua duodenum terlihat putih, maka dapat dikatakan tumor pankreas.
Gambar 2.6 : Irisan Axial 5 (Bontrager, 2001)
Keterangan :
A. Lobus kanan liver
B. Kantong empedu
C. Bagian ke dua duodenum
D. Lobus kiri liver
E. Lambung (pylorus)
F. Jejenum
G. Kolon desenden
H. Ginjal kiri
I. Aorta Abdominal
J. Vetebra Lumbal I
K. Vena Cava Inferior
L. Kepala pankreas
- Irisan Axial 7
Irisan axial 75 memperlihatkan bagian tengah ginjal.
Gambar 2.7 : Irisan Axial 7 (Bontranger, 2001)
Keterangan :
A. Inferior lobus liver
B. Pankreas
C. Kandung empedu
D. Kolon (asenden dan tranversum)
E. Jejenum
F. Kolon desenden
G. Renal pelvis ginjal kiri
H. Aorta Abdominal
I. Vetebra Lumbal I
J. Vena Cava Inferior
- Irisan Axial 8.
Irisan axial 8 adalah 2 cm ke arah bawah renal pelvis pada ginjal dan perjalanan kontras menuju ureter pada ginjal.
Gambar 2.8 : Irisan Axial 8 (Bontranger, 2001)
Keterangan :
A. Inferior lobus liver
B. Kolon asenden
C. Vena Cava Inferior
D. Aorta
E. Jejenum
F. Kolon desenden
G. Ginjal kiri
H. Ureter kiri
I. Vertebra Lumbal 2- lumbal 3
J. Muskulus psoas major
K. Ureter kanan.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan penulis tentang teknik pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus Hepatoma di Swasta, berupa laporan kasus yang meliputi pelaksanaan pemeriksaan atau prosedur pemeriksaan yang akan diuraikan di bawah ini. Adapun laporan kasus tersebut adalah sebagai berikut:
3.1.1. Ilustrasi Kasus
Pada tanggal 6 Januari 2007 pasien dari ruang alamanda dating ke bagian radiologi RS.Rs.swasta dengan identitas sebagai berikut:
Nama : Tn. S
Umur : 61 th
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Purwosari – Kudus
No RM : 122122
No Register : 0030/07/1R
Diagnosa : Hepatoma
No Register : 0030/07/1R
Diagnosa : Hepatoma
Pemeriksaan yang diminta : CT-Scan Abdomen
Asal Ruangan : Bethesda
Dokter yang meminta : dr. Philemon K, Sp.PD
3.1.2. Riwayat Penyakit
Dahulu, beberapa tahun yang lalu pasien pernah menderita sakit kuning (hepatitis). Tapi sudah tidak pernah kumat lagi dan pasien mengiranya sudah sembuh. Tapi kini penyakit itu kambuh lagi, dan pasien merasakan nyeri di perutnya dan ketika diraba terasa ada benjolan. Kemudian pasien memeriksakan ke dokter, kemudian pasien di rawat inap di Ruang Bethesda RS Rs.swasta. Lalu dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan CT-Scan Abdomen karena dicurigai pasien menderita hepatoma.
3.1.3. Prosedur Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
· Pasien puasa 4 jam sebelum pemeriksaan.
· Pasien atau keluarga pasien mengisi formulir inform consent.
· Pasien melepas semua benda – benda yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan dan ganti baju yang telah disediakan.
· Media kontras iopamiro diminumkan sebanyak 10 mL yang dicampur dengan teh manis ±100 mL, 30 menit sebelum pemerriksaan dilaksanakan.
b. Persiapan Alat
· Pesawat CT-Scan, dengan spesifikasi:
Tipe : Asteion CXB200 B
Scanning : Axial, Helical
Scan Time : 0,67 detik; 1 dtk; 1,5 dtk; 2 dtk; 3 dtk.
Slice Thickness : 1 mm, 2 mm, 3 mm, 5 mm, 7 mm, 10 mm
kV maksimum : 135 kV
mA maksimum : 200 mA
FOV : 0,1 – 480 mm
Matriks : 512
· Alat immobilisasi.
· Baju pasien dan selimut pasien.
c. Persiapan bahan
· Media Kontras 90 mL
· Spuit 20 mL
· Wing needle no.21
· Stiwing
· Kapas alcohol dan plester
d. Teknik Pemeriksaan
ü Pasien supine di atas meja pemeriksaan , head first.
ü Kedua tangan berada diatas kepala.
ü Pasang alat immobilisasi.
ü Posisikan pasien dimana daerah abdomen bisa tercover dalam lapangan penyinaran.
Menginput data pasien ke computer meliputi: no pemeriksaan atau no registrasi, nama, umur, jenis kelamin, klinis, dokter pengirim, dan dokter radiologi.
ü Untuk melokalisir secara umum dan sebagai penanda untuk membuat planning potongan.
ü Seluruh rongga abdomen masuk atau tercover dalam scanogram.
ü Akan ditampakkan gambaran abdomen dalam posisi AP.
ü Parameter yang digunakan:
§ kv : 120 kV
§ mAs : 350 mA
§ s : 3,5 s
ü Potongan axial ini dibuat mulai dari processus xypoideus sampai dengan sekitar daerah krista iliaka. Scanning abdomen menggunakan ketebalan 10 mm.
ü Parameter yang digunakan:
§ kV : 120 kV
§ mAs : 150 mA
§ s : 1 s
ü Media kontras iopamiro disuntikkan secara intra vena melalui kedua tangan sebanyak 80 mL.
ü Pengambilan potongan axial post kontras dibuat sama persis mengulang potongan axial pre kotras.
3.1.4. Hasil Pembacaan Dokter
Hasil pemeriksaan CT-Scan Abdomen pre dan post kontras
Hepar : Membesar.
Permukaan tak rata.
Struktur parenkim inhomogen.
Tampak multiple nodul pada kedua lobus dan massa besar dengan densitas campuran pada lobus hepar kanan, post kontras mengalami penyangatan inhomogen.
Lien : Normal.
Struktur parenkim homogen.
Pankreas : Normal, tampak terdesak ke anterior.
Ginjal : Besar dan bentuk normal.
Tak tampak batu.
PCS tak melebar.
Kandung empedu : Besar dan bentuk normal. Dinding tak menebal, tak tampak batu atau sludge.
Tampak massa campuran pada daerah paraaorta, mendesak pancreas ke anterior, mendesak aorta abdominalis ke lateral kiri, mendesak vena porta ke anterolateral kanan.
Tampak kalsifikasi aorta abdominalis.
Tampak ascites.
KESAN : Massa besar dengan multiple nodul pada hepar cenderung hepatoma dengan pembesaran kelenjar lymphe paraaorta disertai ascites.
3.2. Pembahasan
Pemeriksaan CT-Scan Abdomen di RS. Rs.swasta pada kasus Hepatoma memerlukan persiapan khusus yaitu pasien puasa 4 jam sebelum pemeriksaan kemudian keluarga pasien mengisi formulir inform consent serta pasien melepas semua benda – benda yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan dan ganti baju yang telah disediakan. Selanjutnya memposisikan pasien supine di atas meja pemeriksaan , head first, kedua tangan berada diatas kepala. Atau posisikan pasien dimana daerah abdomen bisa tercover dalam lapangan penyinaran. Kemudian menginput data pasien ke computer meliputi: no pemeriksaan atau no registrasi, nama, umur, jenis kelamin, klinis, dokter pengirim, dan dokter radiologi. Kemudiakan dilakukan pengambilan scanogram yang akan menampilkan gambaran abdomen posisi AP di layar minitor. Dari scanogram, dilakukan pengirisan dengan slice thikness 10 mm yang diambil dari processus xypoideus sampai ke daerah sekitar krista iliaka, maka akan didapat irisan axial. Setelah itu dimasukkan media kontras Iopamiro sebanyak 80 mL melaui intra vena dari kedua tangan. Kemudian dilakukan lagi pengambilan gambaran dengan faktor eksposi yang sama pada sebelum penyuntikan media kontras. Kemudian dilakukan filming dan diproses di kamar gelap.
Media kontras sangat diperlukan dalam berbagai pemeriksaan radiologi termasuk juga untuk pemeriksaan CT-Scan Abdomen. Media kontras dimasukkan untuk dapat memperjelas gambaran organ yang diinginkan yang tidak dapat terlihat jelas dengan pemeriksaan polos atau tanpa menggunakan media kontras. Pada kasus hepatoma ini di Swasta memasukkan media kontras sebanyak dua kali. Yang pertama yaitu pasien disuruh minum media kontras iopamiro sebanyak 10 mL yang telah dicampur dengan ±100 mL teh manis. Ini dilakukan agar media kontras dapat mengisi lambung sehingga dapat dibedakan antara lambung dan organ sekitar. Dan yang kedua yaitu dilakukan setelah pemeriksaan CT-Scaan Abdomen polos. Media kontras yang digunakan adalah iopamiro sebanyak 80 mL karena dengan sejumlah itu diharapkan dapat mencukupi organ yang akan diperiksa (hepar). Pemasukkan media kontras dilakukan melalui intra vena kedua tangan untuk dapat mengikuti kecepatan aliran darah. Diharapkan media kontras dapat diserap hepar pada saat waktu yang diinginkan dan tumor yang terdapat di hepar dapat terdeteksi.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
1. Teknik pemeriksaan CT-Scan Abdomen di RS Rs.swasta adalah menggunakan scanogram dengan gambaran abdomen posisi AP, pengambilan gambaran dengan slice thickness 10 mm pre dan post kontras.
2. Pemasukkan media kontras dilakukan sebanyak dua kali yaitu 30 menit sebelum pemeriksaan dan sesudah dilakukan pengambilan gambaran polos (pre kontras).
3. Pemasukkan media kontras yang kedua dilakukan melalui intra vena dari kedua tangan dengan tujuan untuk dapat mengikuti kecepatan aliran darah yang akan menuju ke hepar.
4.2.Saran
1. Pemasukkan media kontras sebaiknya dilakukan dengan menggunakan injektor otomatis sehingga waktu yang kita inginkan dapat sesuai dengan kebutuhan.
2. Pada saat pengambilan gambaran sebaiknya dilakukan instruksi keluarkan dan tahan nafas (inspirasi penuh) secara manual agar kita benar – benar tahu pasien telah melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986. Tehnical Guide Whole Body X-Ray System. Hitachi Medical Corporation. Tokyo.
Ballinger, PW. 1995. Radiographic Position and Procedures. Volume Two Eighth and Edition. CV. Mosby. Strategi. Louis. London.
Bontrager, KL. 2001. Texbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Fifth Edition. CV. Mosby. Strategi. Louis. London.
Pearce, E.C. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Edisi ke-19 PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
www.medicastore.com, 2004
Radiograph
Post Kontras
0 Comments